Sapi
potong asli Indonesia salah satunya adalah sapi Bali. Sapi Bali
merupakan hasil domestikasi dari banteng (bibos banteng) habitat
aslinya di Pulau Bali. Populasinya saat ini ditaksir sekitar 526.031
ekor suharjawanasuria.
Menurut sumber balivetman saat ini sapi bali masih hidup liar di Taman Nasional Bali Barat, Taman Nasional Baluran dan Taman Nasional ujung Kulon dan sekarang sudah tersebar di berbagai daerah di Indonesia.
Silsilah Sapi Bali
Sapi Bali (Bos sondaicus)
telah mengalami proses domestikasi yang terjadi sebelum 3.500 SM di
wilayah Pulau Jawa atau Bali dan Lombok. Hal ini diperkuat dengan
kenyataan bahwa sampai saat ini masih dijumpai banteng yang hidup liar
di beberapa lokasi di Pulau Jawa, seperti di Ujung Kulon serta Pulau
Bali yang menjadi pusat gen sapi Bali.
Sapi Bali dikenal juga dengan nama Balinese cow yang kadang-kadang disebut juga dengan nama Bibos javanicus, meskipun sapi Bali bukan satu subgenus dengan bangsa sapi Bos taurus atau Bos indicus. Berdasarkan hubungan silsilah famili Bovidae, kedudukan sapi Bali diklasifikasikan ke dalam subgenus Bibovine tetapi masih termasuk genus bos.
Dari Pulau Bali yang dipandang sebagai pusat perkembangan sekaligus pusat bibit, sapi Bali
menyebar dan berkembang hampir ke seluruh pelosok nusantara. Penyebaran
sapi Bali di luar Pulau Bali yaitu ke Sulawesi Selatan pada tahun 1920
dan 1927, ke Lombok pada abad ke-19, ke Pulau Timor pada tahun 1912 dan
1920. Selanjutnya sapi Bali berkembang sampai ke Malaysia, Philipina dan
Ausatralia bagian Utara. Sapi Bali juga pernah diintroduksi ke
Australia antara 1827-1849.
Dengan data-data seperti tersebut diatas, Sapi Bali
seharusnya merupakan plasma nutfah asli Indonesia yang harus
dilestarikan agar tidak punah. Oleh sebab itu kemurnian genetikanya
telah dilindungi dengan Peraturan Gubernur Bali Nomor 45 Tahun 2004 dan Perda No 2/2003 yang melarang bibit sapi bali betina keluar dari wilayah provinsi ini.
Ciri-ciri Sapi Bali
- Warna bulunya pada badannya akan berubah sesuai usia dan jenis kelaminnya, sehingga termasuk hewan dimoprhism-sex. Pada saat masih “pedet”, bulu badannya berwarna sawo matang sampai kemerahan, setelah dewasa Sapi Bali jantan berwarna lebih gelap bila dibandingkan dengan sapi Bali betina. Warna bulu sapi Bali jantan biasanya berubah dari merah bata menjadi coklat tua atau hitam setelah sapi itu mencapai dewasa kelamin sejak umur 1,5 tahun dan menjadi hitam mulus pada umur 3 tahun. Warna hitam dapat berubah menjadi coklat tua atau merah bata apabila sapi itu dikebiri, yang disebabkan pengaruh hormon testosterone
- Kaki di bawah persendian karpal dan tarsal berwarna putih. Kulit berwarna putih juga ditemukan pada bagian pantatnya dan pada paha bagian dalam kulit berwarna putih tersebut berbentuk oval (white mirror). Warna bulu putih juga dijumpai pada bibir atas/bawah, ujung ekor dan tepi daun telinga. Kadang-kadang bulu putih terdapat di antara bulu yang coklat (merupakan bintik-bintik putih) yang merupakan kekecualian atau penyimpangan ditemukan sekitar kurang dari 1% . Bulu sapi Bali dapat dikatakan bagus (halus) pendek-pendek dan mengkilap.
- Ukuran badan berukuran sedang dan bentuk badan memanjang.
- Kepala agak pendek dengan dahi datar.
- Badan padat dengan dada yang dalam.
- Tidak berpunuk dan seolah tidak bergelambir
- Kakinya ramping, agak pendek menyerupai kaki kerbau.
- Pada punggungnya selalu ditemukan bulu hitam membentuk garis (garis belut) memanjang dari gumba hingga pangkal ekor.
- Cermin hidung, kuku dan bulu ujung ekornya berwarna hitam
- Tanduk pada sapi jantan tumbuh agak ke bagian luar kepala, sebaliknya untuk jenis sapi betina tumbuh ke bagian dalam.
Keunggulan Sapi Bali
- Subur (cepat berkembang biak/ fertilitas tinggi)
- Mudah beradaptasi dengan lingkungannya,
- Dapat hidup di lahan kritis.
- Mempunyai daya cerna yang baik terhadap pakan.
- Persentase karkas yang tinggi.
- Harga yang stabil dan bahkan setiap tahunnya cenderung meningkat.
- Khusus sapi bali Nusa Penida, selain bebas empat macam penyakit, yaitu jembrana, penyakit mulut dan kuku, antraks, serta MCF (Malignant Catarrhal Fever). Sapi Nusa Penida juga dapat menghasilkan vaksin penyakit jembrana.
- Kandungan lemak karkas rendah.
- Keempukan daging tidak kalah dengan daging impor. (Dunia sapi)
- Fertilitas sapi Bali berkisar 83 - 86 %, lebih tinggi dibandingkan sapi Eropa yang 60 %.
- Karakteristik reproduktif antara lain : periode kehamilan 280 - 294 hari, rata-rata persentase kebuntingan 86,56 %, tingkat kematian kelahiran anak sapi hanya 3,65 %, persentase kelahiran 83,4 %, dan interval penyapihan antara 15,48 - 16,28 bulan.
Kelemahan Sapi Bali
- Dapat terserang virus Jembrana yang menyebar melalui media “lalat”.
- Rentan terhadap Malignant Catarrhal Fever , jika berdekatan dengan domba.
0 komentar:
Posting Komentar